Ronggeng Bugis
Ronggeng Bugis adalah satu jenis kesenian tradisional Cirebon. Merupakan
seni pertunujukan rakyat untuk menghibur penonton dengan tarian dan ekspresi
penuh dengan kejenakaan, mengundang tawa bagi yang menyaksikannya. Ronggeng
Bugis dikenal juga dengan nama Tari Telik Sandi. Secara harfiah nama kesenian
ini terdiri dari dua kata yaitu ronggeng dan bugis. Secara umum pengertian
ronggeng adalah penari wanita atau tondak primadona sebagai teman menari,
misalnya pada Tari Tayub. Di Cirebon ada juga seni pertunjukan rakyat yang
penarinya adalah monyet yang disebut dengan ronggeng kethek (ledek munyuk),
tarian monyet yang jenaka yang meniru gerak-gerik manusia. Namun yang dimaksud
ronggeng dalam Ronggeng Bugis ini adalah penari pria yang berbusana wanita.
Yang dimaksud dengan busana wanita disini pun bukanlah busana dengan tata rias
yang cantik, akan tetapi lebih mendekati kepada busana mirip badut yang
mengundang gelak tawa.
Pada wayang Cirebon, ada sebuah wayang dengan tipe sepasukan prajurit
perang yang disebut Krodhan Bugis yang maknanya adalah sepasukan prajurit Bugis
yang menakutkan bagi musuh. Kata Bugis juga berarti makanan khas tradisional
berwarna hijau, yang terbuat dari ketan dan enten (kelapa yang diberi gula
jawa) berbentuk seperti nagasari/pipis. Makanan ini teman koci, sehingga
disebut bugis koci. Makanan ini merupakan kuliner Cirebon yang menyertai
upacara-upacara adat Cirebon atau kenduri. Pengertian bugis disini adalah nama
salah satu suku bangsa di negeri kita yang mendiami daerah Sulawesi Selatan dan
sekitarnya. Dengan Demikaian, pengertian Ronggeng Bugis adalah ronggeng yang
berasal dari Bugis.
Pada saat Pangeran Walangsungsang Cakrabuana membuka Cirebon pada Tahun
1448 Masehi, jumlah warga masyarakat yang tela menjadi pribumi di Cirebon
sebanyak 346 orang, dengan perincian 196 orang Sunda, 16 orang Sumatera, 4
orang Semenanjung Malaya, 3 orang dari Siam (Thailand), 11 orang Arab, 6 orang
dari Cina, 106 orang dari Jawa, 2 orang dari India dan 2 orang dari Iran.
Pada tahun 1482 Masehi, Sunan Gunung Jati menyatakan kemerdekaan negara
Cirebon, yang terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran. Pada saat
itulah negara Cirebon mempunyai sepasukan Telik Sandi (prajurit Sandi Yuda)
yang melakukan kegiatan spionase di wilayah Pajajaran untuk mengetahui reaksi
dari pernyataan kedaulatan penuh Negara Islam Cirebon. Pasukan telik sandi ini
adalah pasukan yang anggo yang terdiri dari orang-orang yang berani, bermental
kuat, cerdas serta pandai menyamar. Menurut sumber tradisi lisan, dalam
perjalan waktu yang panjang, kerajaan Cirebon dibantu oleh prajurit-prajurit
Bugis, baik di era Galuh, masa Portugis, maupun masa Kolonial.
Mekanisme Pertunjukan
Waditra yang dipakai
Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, Kecrek
Waditra yang dipakai
Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, Kecrek
Oleh Sanggar
Sekar Pandan waditra ditambah dengan saron. Ronggeng Bugis dikatagorikan
kesenian ider-ideran/iring-iringan/heleran, yang biasa dipakai sebagai peserta
pawai keliling kota, namun bisa juga ditampilkan pada panggung yang terbatas.
Kostum dan Tata Rias
Wajah penari dirias secara jenaka, memakai gelungan kecil dan bunga. Kostum terdiri dari kebaya berwarna menyala, terkadang memakai rompi dan kain batik dodot yang diikat dengan stagen. Atau menggunakan variasi lain dengan penampilan yang mencolok yang mengundang gelak tawa.
Wajah penari dirias secara jenaka, memakai gelungan kecil dan bunga. Kostum terdiri dari kebaya berwarna menyala, terkadang memakai rompi dan kain batik dodot yang diikat dengan stagen. Atau menggunakan variasi lain dengan penampilan yang mencolok yang mengundang gelak tawa.
Sanggar Sekar
Pandan pernah menampilkan kostum ibu hamil tua yang atraktif. Pada kesempatan
lain gelungan kecil tidak difiksasi secara kuat, sehingga gelungan rambut
tersebut terjatuh yang mengundang senyum lebar penonton.
Jalannya Pertunjukan
Apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan terlalu kurang lebih selama 5 menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakan dengan lucu dan didominasi oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerak sesuai dengan gaya masing-masing.
Apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan terlalu kurang lebih selama 5 menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakan dengan lucu dan didominasi oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerak sesuai dengan gaya masing-masing.
Tuntunan untuk penonton
Ronggeng Bugis/Telik Sandi mempunyai pitutur sinandi terkandung suatu ajaran luhur bahwa kita hendaknya hidup sederhana, panarima, berkarya, ulet dan waspada Ronggeng Bugis yang dikembangkan di Cirebon, bersifat islami, memiliki kepewiraan. Tariini bukan untuk menonjolkan identitas yang tidak jelas secara kelamin/gender yaitu antara laki-laki dengan perempuan atau banci, akan tetapi heroisme keperwiraan yang penuh dengan resiko namun dikemas dengan cerdas dalam bentuk telik sandi/spionase. Menurut sebagian pendapat lisan, pasukan Telik Sandi ini dipimpin oleh panglima wanita yang cantik, cerdas dan gagah perkasa, yaitu Nyi Mas gandasari yang berasal dari Kerajaan aceh, murid Ki Sela Pandan, pendiri Cirebon.
Ronggeng Bugis/Telik Sandi mempunyai pitutur sinandi terkandung suatu ajaran luhur bahwa kita hendaknya hidup sederhana, panarima, berkarya, ulet dan waspada Ronggeng Bugis yang dikembangkan di Cirebon, bersifat islami, memiliki kepewiraan. Tariini bukan untuk menonjolkan identitas yang tidak jelas secara kelamin/gender yaitu antara laki-laki dengan perempuan atau banci, akan tetapi heroisme keperwiraan yang penuh dengan resiko namun dikemas dengan cerdas dalam bentuk telik sandi/spionase. Menurut sebagian pendapat lisan, pasukan Telik Sandi ini dipimpin oleh panglima wanita yang cantik, cerdas dan gagah perkasa, yaitu Nyi Mas gandasari yang berasal dari Kerajaan aceh, murid Ki Sela Pandan, pendiri Cirebon.
Pengembangan
Ronggeng Bugis sebelunya kurang dikenal oleh masyarakat. Pada awal dekade tahun 1990 setelah Ronggeng Bugis diajarkan di Keraton Kacirebonan oleh Bapak Handoyo dengan dukungan Pangeran Yusuf Dendabrata, maka Ronggeng Bugis mulai lebih dikenal oleh masyarakat. Ronggeng Bugis dikembangkan terutama pada Festival Keraton Nusantara berikutnya tarian ini juga selalu diikutsertakan I tahun 1994 di Yogyakarta. Pada even festival keraton nusantara berikutnya tarian ini juga selalu diikutsetakan. Tarian ini juga dibawakan oleh duta budaya Pramuka STAIN Cirebon ke berbagai daerah seperti pada tanggal 22 – 30 September 2002 di Lampung Selatan, 23 – 31 Agustus di Kepulauan Seribu, tahun 2008 ke Palembang dan yang ter-up to date, tari ini dipertunujukan pada festival di Jambi, tanggal sebelas Juni 2009 dibawah bimbingan Sanggar Kebon Kangkung dan Sanggar Sekar Pandan. Tari ini sering dimodutifikasi, dipertunukan, ditarikan, di :
Ronggeng Bugis sebelunya kurang dikenal oleh masyarakat. Pada awal dekade tahun 1990 setelah Ronggeng Bugis diajarkan di Keraton Kacirebonan oleh Bapak Handoyo dengan dukungan Pangeran Yusuf Dendabrata, maka Ronggeng Bugis mulai lebih dikenal oleh masyarakat. Ronggeng Bugis dikembangkan terutama pada Festival Keraton Nusantara berikutnya tarian ini juga selalu diikutsertakan I tahun 1994 di Yogyakarta. Pada even festival keraton nusantara berikutnya tarian ini juga selalu diikutsetakan. Tarian ini juga dibawakan oleh duta budaya Pramuka STAIN Cirebon ke berbagai daerah seperti pada tanggal 22 – 30 September 2002 di Lampung Selatan, 23 – 31 Agustus di Kepulauan Seribu, tahun 2008 ke Palembang dan yang ter-up to date, tari ini dipertunujukan pada festival di Jambi, tanggal sebelas Juni 2009 dibawah bimbingan Sanggar Kebon Kangkung dan Sanggar Sekar Pandan. Tari ini sering dimodutifikasi, dipertunukan, ditarikan, di :
1. kabupaten Cirebon : Kecamatan Plumbon : Sanggar Pring Gading, Tokoh :
Handoyo, Tono, dan Yno; Kecamatan Klangenan : Desa Bojong, tokoh : Riwan;
Kecamatan Gunung Jati : Desa Buyut, tokoh : Wadi dan Senin; Kecamatan Weru:
Desa Pangkalan.
2. Kota Cirebon : Sangar Sekar Pandan, tokoh : Elang Heri Komara Hadi, Sanggar
Bagja Mulya, Sanggar Kebon Kangkung.
3. Sanggar Sekar Pandan selama belasan tahun mengajarkan Ronggeng Bugis di
sekolah-sekolah dasar maupan lanjutan di Kota Cirebon.
Animo Masyarakat
Masyarakat sangat tertarik dengan kesenian Ronggeng Bugis, baik dewasa maupun anak-anak, sangat senang melihat tarian yang jenaka ini.
Masyarakat sangat tertarik dengan kesenian Ronggeng Bugis, baik dewasa maupun anak-anak, sangat senang melihat tarian yang jenaka ini.
Daftar Pustaka
Disbudpar Kabupaten Cirebon, 2001, Himpunan deskripsiKesenian Daerah Cirebon
Sudjana, T.D., TD 1987, Naskah Negara Kerta Bumi, alih bahasa, alih aksara, Cirebon
Widan, Dadan, 2002, Sunan Gunung Jati (antara Fiksi dan Fakta) Pebunuhan Islamdengan Pendekatan Struktural dan Kultural, Humaniora Press, Bandung
Nara Sumber : Elang Heri Komarahadi (Sanggar Sekar Pandan)
Disbudpar Kabupaten Cirebon, 2001, Himpunan deskripsiKesenian Daerah Cirebon
Sudjana, T.D., TD 1987, Naskah Negara Kerta Bumi, alih bahasa, alih aksara, Cirebon
Widan, Dadan, 2002, Sunan Gunung Jati (antara Fiksi dan Fakta) Pebunuhan Islamdengan Pendekatan Struktural dan Kultural, Humaniora Press, Bandung
Nara Sumber : Elang Heri Komarahadi (Sanggar Sekar Pandan)